Assalammu’alaikum wr wb

Untuk kesekian kali jawa tengah adalah tujuan kami mencari ilmu baru. provinsi yang banyak memiliki wali penyebar agama islam ini, seakan tak habis jika kami jelajahi tiap jengkalnya. tepatnya bulan juli 2008 yang lalu kami menjejakkan kaki ke provinsi yang terletak tepat di tengah pulau jawa. kesempatan kali ini kami akan bercerita tentang sejarah kota semarang, kota lama, masjid-masjid bersejarah dan masjid termegah hingga meyusuri saksi kehebatan goa kreo yang ditunggui mahluk setia sunan kalijogo.

Detik demi detik berjalan perlahan, tanpa terasa alunan waktu membawa Perjalanan 3 Wanita melewati lembaran baru. Perjalanan lama yang telah usai kini berganti. Namun, maknanya masih terasa di kalbu. Membekas di hati, agar semangat memulai penjelajahan baru.

Perjalanan 3 Wanita memulai kisahnyanya hari ini. Di ibukota Propinsi Jawa Tengah, Semarang, semua yang baru pun dimulai. Kali ini giliran dina, dila dan silvie yang membuka perjalanan tiga wanita selanjutnya. Di salah satu icon semarang (tugu muda) mereka beraksi didepan kamera untuk pertama kalinya. Beberapa kali take dijalani.

Dibawah komando EP (eksekutif Produser) herny Mulyani, camera person sakti pudjo dan rifiansyah mereka masih canggung alias belum terbiasa berbicara di depan kamera. Beberapa kali take dilakukan untuk hasil yang sempurna. Atmosfer yang belum terbentuk antara ketiganya juga menjadi masalah utama. Yang memang itulah yang pertama dan kata-kata itu harus ada ditiap pertama kegiatan yang kita lakukan.

yang pertama

syuting di semarang

lawang sewu

Semarang, kota modern yang kini berkembang pesat. Dulu, wilayah ini merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Alkisah, Pangeran Made Pandan bersama putranya Raden Pandan Arang, diutus oleh Raden Patah untuk meninggalkan Kesultanan Demak menuju ke sebuah tempat yang bernama Pulau Tirang guna penyebaran agama Islam. Sesampainya disana, ia membuka hutan untuk dijadikan pesantren. Tidak hanya itu, ternyata, di daerah yang subur ini, tumbuh pohon asam dengan jarak yang jarang atau lebih dikenal dengan pohon asam arang. Oleh karena itulah hingga kini, asal mula kata asam arang menjadi cikal bakal nama kota Semarang.

Sebagai pendiri desa, Pangeran Made Pandan kemudian menjadi kepala daerah setempat dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I atau Pandanaran. Namun, sepeninggal beliau, kepemimpinan daerah kemudian dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II. Dibawah pemerintahannya, kota Semarang pun semakin maju dan berkembang.

Adipati meninggalkan rakyatnya pada tahun 1596. Sang Pemilik Ruh telah memanggilnya kembali. Kini hanya kebesarannyalah yang dapat kita kenang. Disebuah kompleks pemakaman yang cukup rindang, jasa Adipati Pandan Arang II bersemayam. Memasukinya, para peziarah akan disambut oleh sebuah gerbang hijau yang dihiasi oleh ayat-ayat Allah. Kemudian didalam sebuah ruangan, terlihat makam sang pemimpin. Nisannya yang ditutupi kain putih, ditemani oleh dua buah makam anggota keluarganya yang lain. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, kini setiap tanggal 2 Mei yang juga bertepatan dengan waktu pengangkatan beliau dijadikan hari jadi Kota Semarang.

 

Sebagai bukti kebesaran sang adipati, kini masih berdiri kokoh rumah suci peninggalannya, Masjid Besar Semarang, atau Masjid Kauman. Dulu Masjid ini pernah berdiri di daerah Mugas, kemudian keberadaannya dipindahkan ke Blubaan dan terakhir ke wilayah ini. Di luar masjid, para jamaah akan disambut oleh prasasti yang diukir disebuah gapura. Inskripsi yang diukir dalam empat bahasa ini bertuliskan tahun 1750 sebagai tanggal pendirian masjid dan Gambier, seorang Belanda sebagai arsiteknya.

Kemudian didepan serambi, mata para jamaah pasti akan tertuju pada menara penyeru adzan pengingat kebesaranNya. Selain itu, perpaduan budaya juga terlihat di rumah suci ini. Bentuk atap limasan yang diberi hiasan mustaka pada puncaknya mencerminkan arsitektur Jawa. Sedangkan pintunya yang berbentuk rangkaian daun waru, melambangkan arsitektur Persia

Memasuki ruangan masjid, kesejukan seolah menyeruak di sanubari. Pada ruang mihrab yang terlihat lancip dengan langit-langit dari beton, terlihat mimbar imam yang terbuat dari kayu yang dilengkapi ornamen ukir yang rumit. Disini, dinding masjid pun turut dihiasi oleh 99 nama Allah, asmaul husna, Subhanallah. Dibalik keagungannya, ternyata tanggal 11 April 1883, rumah suci ini pun pernah menjadi saksi dahsyatnya kekuatan alam.

Dibagian atas masjid yang keseluruhan konstruksinya menggunakan kayu jati ini, ternyata terdapat sebuah ruangan penyimpanan benda bersejarah, pemberian Mantan Adipati Raden Mas Tumenggung Adipati Purboningrat, yaitu tiga buah tombak yang dianggap sebagai pelindung masjid, benda kuno itu bernama, Kyai Puger, Kyai Pleret, dan Kyai Mojo.

Namun, rupanya, kisah sejarah seolah tak pernah berakhir dalam keagungan Rumah Allah ini. Pada saat Bung Karno dan Bung Hatta menyiarkan proklamasi di Jakarta, sejam kemudian disiarkan dan diumumkan di masjid ini

Selain itu, masjid yang terletak di komplek alun-alun nan ramai ini, menyimpan tradisi Dugderan, yakni tradisi membunyikan bedug dan meriam yang dilakukan para bupati, sehari menjelang bulan puasa sebagai pernyataan masuknya bulan Ramadhan.

Menjelajahi Kota Semarang, tak lengkap rasanya bila tak berkunjung ke kawasan kuno. Disini, Dilla, Dina, dan Silvi pun turut melangkahkan kakinya menapaki berbagai bangunan tua bersejarah di Kota Lama.

khas semarang

Outstadt, atau Kota Lama, menjadi pusat perdagangan yang penting sekitar abad ke 18. Dengan luasnya yang mencapai 31 hektar, kawasan ini seolah membentuk suatu kota kecil yang terpisah dari wilayah sekitarnya. 50 bangunan kuno bergaya eropa yang menghiasinya, membuat kawasan ini dijuluki sebagai Little Netherland.

Tampaknya, 3 wanita pun sudah tak sabar untuk segera mengelilingi kota tua ini. Dengan becak yang mereka sewa, penjelajahan pun siap dimulai.

Outstadt, selama  dua abad pernah menjadi saksi bisu sejarah bangsa Indonesia dibawah pemerintahan kolonial. Pada masa itu, Belanda sangat memperhitungkan faktor kenyamanan. Untuk mengamankan warga dan wilayahnya, disini pernah dibangun vijhoek, yakni sebuah benteng pertahanan. Selain itu, untuk memperlancar jalur transportasi, antar pintu benteng pun dibangun sebuah jalur perhubungan, dengan jalan utama yang bernama heeren straat.

Kunonya berbagai bangunan yang ada membuat 3 wanita berucap kagum dalam hati. Memandangi saksi sejarah ini, seolah meyaksikan kepingan sejarah yang terangkai kembali dihadapan. Subhanallah.

Ternyata, tak jauh dari kota Lama, terdapat sebuah masjid yang memiliki arsitektur yang cukup unik. Rumah Allah yang terletak di tepi jalan Layur Kampung Melayu ini, dikenal dengan sebutan Masjid Layur. Pendiriannya dimulai pada tahun 1802 oleh sejumlah saudagar dari Yaman yang bermukim diwilayah ini. Kompleks masjid ini dibatasi oleh tembok tinggi, sehingga yang terlhat dari luar hanya keberadaan menara yang menjulang. Selain sebagai penyeru adzan, ternyata pada masa perang kemerdekaan, menara pun sempat berfungsi sebagai menara pengawas pantai.

menara-masjid-layur

masjid layur

Cermin budaya Jawa terlihat pada atap masjid yang bertumpang tiga. Walaupun ukurannya tidak terlalu luas, keindahan masih terlihat disini, pondasi soko guru yang berwarna hijau, ornamen-ornamen dinding bergaya geometrik warna-warni, merupakan cerminan dari sebuah keberagaman. Dibalik jendela, terlihat sungai yang sudah mulai mongering. Konon, dulu merupakan tempat pendaratan perahu dagang bangsa Arab dan Melayu. Secara keseluruhan, semua bangunan disini masih asli, hanya dilakukan penggantian genteng dan penambahan ruang bagi pengelola masjid.

Setelah berkeliling di kota lama, perjalanan Dilla, Dina, dan Silvi berlanjut ke sebuah kawasan wisata bersejarah.

goa kreo

Memasuki kawasan wisata, ternyata tak hanya 3 wanita yang berkunjung. Disini terlihat rombongan pramuka yang sedang berdarmawisata. Setelah sejenak saling bertegur sapa, ketiga sahabat pun memulai petualangannya. Ditemani puluhan anak tangga, 3 wanita pun sampai di depan gapura goa.

Ditemani Pak Kasmani, tiga wanita mulai memasuki kompleks wisata goa Kreo. Mereka berbincang dengan akrab disepanjang perjalanan, ditemani pepohonan yang cukup rindang di sisi jalan. Perjalanan pun sempat terhenti disebuah jembatan. Dari atas, terlihat keindahan alam yang dibalut gemericik air sungai dikejauhan.

Tak lama berjalan, mulut gua mulai terlihat. Dengan bismillah, 3 wanita pun berjalan merunduk, memasuki lorong goa kreo yang sempit dan gelap.

Goa kreo menyimpan cerita mengenai Sunan Kaliaga. Alkisah, ketika hendak membawa kayu jati sebagai tiang untuk masjid Demak. Orang suci itu dan para pengikutnya sempat beristirahat di puncak bukit. Ketika Sang Sunan sedang bersemedi didalam gua, datanglah empat ekor kera yang ingin membantu membawa kayu jati yang terjepit diantara tebing. Setelah berbagai cara dilakukan, akhirnya kayu jati dapat dibawa. Empat ekor kera pun memohon untuk ikut ke Demak. Namun, Sunan Kalijaga melarangnya. Ia malah memerintahkan agar kera-kera tersebut ngreho atau merawat kawasan gua ini. Oleh sebab itulah goa ini kemudian dikenal dengan nama goa kreo dan kera-kera disini dianggap sebagai keturunan kera yang dulu diperintahkan Sang Sunan untuk merawat goa, wallahu ‘alam.

Setelah berpamitan dengan Pak Kasmani, 3 wanita masih melanjutkan petualangannya. Kali ini, ratusan anak tangga kembali mereka jelajahi. Namun, tak lama kemudian, rasa penat pun seolah terbayar seketika. Aliran air terjun Sungai Kreo yang bening terbentang dihadapan. Suasana yang ramai pun tak menghalangi niat ketiga sahabat untuk bermain dengan kesejukan alam. Memandangi aliran air yang jatuh, sanubari pun seolah terasa sejuk. Sejenak, segala kesibukan duniawi terhapus oleh rasa syukur yang besar kepadaNya.

air terjun

Hari pun beranjak senja, 3 wanita kembali mengayun langkah untuk meneruskan penjelajahan. Namun kali ini, mereka singgah di Masjid Agung Jawa Tengah, untuk sejenak menghadapNya.

masjid agung semarang

Sucining guna gapuraning gusti atau kemauan dan upaya yang tulus membawa ke arah ridho Allah. Itulah yang menjadi pedoman bagi pembangunan rumah suci ini. Memandanginya, kemegahan Allah sangat terasa. Dengan perpaduan arsitektur Jawa, Islam, dan Roma, makna filosofis pun tergambar disetiap detailnya. Di bagian atas, sebuah kubah dan empat menara menjadi perlambang Rasulullah SAW yang ditemani oleh keempat sahabatnya.

masjid megah jateng

Sedangkan di sudut barat, berdiri kokoh menara asmaul husna yang memiliki tinggi 99 meter. Pada lantai dua dan tiga menara, terdapat museum perkembangan Islam. Disini tersimpan berbagai koleksi benda-benda kuno yang pernah menjadi sarana bagi penyebaran Islam oleh para wali. Berbagai alat musik, seperti gamelan, tebang jawa, dan kesenian wayang pun terdapat didalamnya. Selain melalui kesenian, Islam juga menyebar melalui perdagangan antar etnis. Disini terlihat rempah-rempah hasil bumi yang menjadi komoditas utama perdagangan kala itu. Selain itu, berbagai prasasti, foto dan benda kuno lain yang berada disini pun dirawat dengan baik.

dari menara masjid

Pada lantai 19 menara, tersedia sejumlah teropong bagi para pengunjung yang ingin menyaksikan kota Semarang dari ketinggian. Keramaian dan kesibukan kota pun tergambar jelas dari sini. Selain itu, oleh para ulama, menara tinggi ini juga digunakan untuk mengamati munculnya hilal.

Dari semua bangunan, yang paling menarik perhatian para jamaah adalah keberadaan payung pelindung yang meniru konsep Masjid Nabawi Madinah. Membuka enam buah payung besar yang tingginya mencapai 18 meter ini, digunakan sistem hidrolik dengan tenaga sebesar 60.000 watt. Pada waktu-waktu tertentu, jika jumlah jamaah membludak. Payung pelindung yang berdiameter 26 m2 ini dibuka. Subhanallah, keanggunannya membuat nafas pun seolah tertahan seketika.

payung masjid

Alhamdulillah, hari ini, Dila, Dina, dan Silvi telah mengakhiri perjalanannya yang pertama. Senja ini, mereka lalui dengan berserah diri di Kemegahan Masjid Agung Jawa Tengah. Insya Allah, perjalanan awal di Semarang adalah permulaan bagi petualangan ketiga sahabat untuk menguak lebih banyak lagi kisah mengenai kebesaranNya. KeagunganNya yang tak terhingga, Allah SWT.

Wassalammu’alaikum wr wb.

By arief & fista

tak terasa udah 2 tahun program perjalanan 3 wanita mengudara di seluruh wilayah indonesia. angka 2 begitu bermakna ketika kita selalu bersyukur akan segala nikmat-Nya. begitu juga dengan kamu, segala ujian di lapangan saat syuting, editing hingga masuk ke tiap layar kaca penonton di seluruh indonesia kami jalani dengan senyum dan canda tanpa melupakan-Nya…alhamdulillah…

tujuan kita selanjutnya adalah GUNUNG GEDE..salah satu gunung gede di jawa barat. rencana syuting akan dilaksanakan pada tanggal 30 april 2009 nanti. jika ada yang mau ikutan biar ramai kami dengan tangan terbuka bahkan kami mengharapkannya. rencana dari jakarta kami berangkat pagi tanggal 30 april tersebut melalui taman cibodas. kita langsung syuting diatas hingga tanggal 1 mei 2009 ini dan turun juga pada hari yang sama.

kalo ada yang berminat bisa melalui email ke perjalanan03wanita@yahoo.com atau facebook dengan alamat email yang sama perjalanan03wanita@yahoo.com atau di blogs ini juga bisa. jadi let’s travelling with perjalanan 3 wanita sampai ketemu di gunung gede..

by arief

0819-0819-9459

bagi masyarakat jawa tengah bahkan mungkin penduduk indonesia pasti kenal dengan walisongo. orang-orang pilihan yang gigih menyebarkan agama rahmatan lil alamin. dan salah satu karya besar yang masih bisa kita jumpai kemegahannya adalah masjid demak yang berada alun-alun kabupaten demak.

alhamdulillah suatu kebanggaan perjalanan tiga wanita pernah singgah dan membahas masjid agung ini. jika kita berangkat dari ibukota provinsi jawa tengah semarang, selama kurang lebih satu jam perjalanan melewati daerah khas pantai utara jawa yang panas menyengat.

masjid demak, masjidnya para wali

bentuk atapnya adalah limasan bersusun. di bagian depan masjid terdapat serambi masjid yang luas dengan pilar-pilar disekelilingnya.

 

 

 

Masjid agung demak merupakan bukti nyata sejarah penyebaran agama islam di Indonesia khususnya di tanah jawa. masjid yang mulai dibangun pada tahun 1466 ini terletak di pusat kota tepatnya di alun-alun kabupaten demak jawa tengah. secara arsitektur bangunan ini terdiri dari beberapa bagian. bagian utama merupakan bangunan utama yang mempunyai ukuran 31 x 31 m, kemudian serambi masjid yang mengelilingi bangunan utama yang terbuka di sisi-sisinya. by arief

4 soko guru di bangunan utama merupakan karya dari sunan bonang, sunang kalijogo, sunan ampel dan sunan gunung jati.

atap yang berupa limasan, merupakan arsitektur khas nusantara. ada 3 tingkatan yang mempunyai makna iman, islam dan ihsan. sedangkan 5 pintu menggambarkan sebagai rukun islam dan 6 jendela yang ada menggambarkan rukun imam.

subhanallah….

 

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal…” (QS. Yusuf ayat 111).

Bismillahirrahmanirrahim. Perjalanan panjang kembali ditempuh Tiga Wanita demi menguak keagungan ciptaanNya. Dengan niat tulus, lillahi ta’ala, Dinna, Dila, dan Silvi akan menjelajahi pesona alam Samarinda, Kalimantan Timur.

Diawal penjelajahannya, ketiga sahabat menelusuri kekayaan hutan alam Samarinda yang terdapat dalam kebun raya universitas Mulawarman atau unmul. Lahan seluas 300 hektar ini, menjadi pusat perlindungan bagi berbagai jenis vegetasi dan satwa langka.

di depan kebun raya

ujian pertama adalah flying fox dari atas bukit. dimulai dari dinna kemudian silvi dan terakhir dinna. teriakan lepas meluncur dari bibir mereka karena kegembiraan yang tak terbendung dalam menyalurkan sebagian adrenalin mereka. tantangan kemudian adalah tali yang yeng semakin tinggi menuju ke sebuah pohon.tali yang semakin tinggi itu dicobain dulu

Hari ini, Dinna, Dila, dan Silvi rupanya sudah tak sabar, ingin segera bertemu dan bermain dengan orang utan. Orang utan termasuk jenis kera besar yang bobotnya bisa mencapai 300 kg. Hewan langka yang berbulu coklat dan kemerahan ini, keberadaannya dilestarikan karena populasinya yang terus menurun. Rusaknya hutan dan perburuan manusia merupakan penyebab terbesar kepunahannya. Disini, 3 wanita juga bermain dengan orang utan betina yang berukuran cukup besar. Hewan mamalia ini, tampak sangat manja pada pawangnya.

 

bermain dengan orang utan asli kalimantan

Orang utan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia. Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatera dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl.

 

Di kebun Raya Unmul tak hanya ketiga sahabat, rupanya para pengunjung lain juga bermain dengan mamalia yang sudah jinak ini. Lucunya, orang utan disini tak hanya suka buah-buahan. Makanan ditangan pengunjung pun direbut oleh mereka.

Subhanallah, indahnya hari ini! Namun, setelah bertualang seharian, tampaknya semangat Dinna, Dila, dan Silvi tak pernah surut. tak cukup dengan berkeliling kebun raya, jiwa petualang yang mengalir dalam darah mereka terpacu tatkala beragam permainan outbound dipersiapkan pihak kebun raya. adrenalinpun terpacu untuk mencoba satu permainan ke permainan berikutnya.

bersama kru outbond 

 

 

 

 

dila meniti tali dibalik rindangnya vegetasi unmul

kemudian naik ke pohon meniti tali yang berupa tangga mendatar menyeberang lembah. tali diikat pada pohon diantara kedua bukit. dan puncaknya adalah meniti satu tali di ketinggian kurang lebih 8 meter. dan yang paling deg-degan adalah ketika di tengah satu tali tersebut harus terjun bebas dengan menghempaskan diri ke darat. tapi jangan kawatir ada petugas yang memegang tali yang diikatkan ditubuh tubuh yang menahan tetep melayang di udara. dalam hitungan detik nyawa seakan melayang menahan jantung yang berhenti berdetak. dan naasnya untuk silvi yang notabene bertubuh sedikit besar dibanding yang lain diperlukan 2 orang petugas yang menahan tali tersebut (he..he..).

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Al An’am 38)

tujuan mereka selanjutnya adalah air terjun tanah merah. letaknya tak begitu jauh dari kebun raya unmul menuju ke muara badak. sekitar 15 menit perjalanan kita sampai disana. penduduk sekitar adalah masyarakat transmigran dari jawa. salah satunya adalah penjaga air terjun pak minto yang merupakan transmigran dari cilacap yang sudah sekitar 20 tahun disana.

air terjun tanah merah

air yang putih mengalir dibalik batuan besar. begitu air jatuh ke telaga di bawahnya terlihat warna sebenarnya yang tak bening.  warna butek ini dikarenakan komposisi tanah yang notabene gambut diatas lahan hutan bercampur dengan air yang menyebabkan air menjadi keruh.

berpose di air terjun tanah merah

inilah kegiatan favorit kita ketika syuting camera sudah “cut” atau sudah selesai take di suatu tempat yang kita kunjungi. tak ada yang lain lagi selain berfoto…he..he.. narsis dikit.

 

 

demikian beberapa diantara penjelajahan tiga wanita di samarinda. semoga ada manfaat yang bisa kita petik.

by. arief dan fista

Rating oh Share, salah siapa? Dosa siapa?

Penonton: “Yang penting tayangannya bagus, enak ditonton!” Yah itulah yang menjadi patokan tim Perjalanan 3 Wanita dalam pembuatan seluruh tayangannya. Berusaha bikin script mati-matian dan di edit dengan sepenuh jiwa dan raga. Tapi kalo AC Nielsen udah memvonis nilai rating sharenya jelek, mau bilang apa? Sebenernya sih kalo mau idealis, pengen banget bikin tayangan syiar yang keren banget dan penuh pembahasan islami. Tapi kata para atasan: “Siapa yang mau nonton?”. Tapi ini bukan berarti pembenaran bahwa tayangan yang dibikin tim P3W selama ini jelek dan asal-asalan lho. Kalo tentang itu sih nggak usah khawatir, kalo mau nonton sejarahnya Sultan Iskandar Muda?, nonton aja episode kegemilangan Aceh, mau liat kambing makan kertas di pulau terpadat sedunia?, simak aja episode Pulau Bungin, kalo mau deg degan liat episode loncat tebing, nonton bareng-bareng aja episode Pangandaran.

RCTI

TRANS TV


SCTV

Nuansa Pagi 1.2/16.2

Reportase Pagi 0.4/8.5

Liputan 6 0.6/10.5

Go Spot 0.8/9.8

Perjalanan 3 Wanita 0.9/11.7

Was Was 1.3/15.4

3H Baby’s Day Out 1.8/18.9

Insert 0.8/9.3

Inbox 2.4/26.5

Dahsyat 1.6/15.4

Cerita Pagi 0.7/8.4

6K Romeo 2.8/27.7

Tapi sayang banget, episode-episode itu termasuk yang dinilai jelek sama AC Nielsen (masih banyak lagi) Padahal dari segi content, editing, udah dilakukan, ya itu tadi dengan sepenuh jiwa raga. Pertanyaannya, apa sih maunya penonton AC Nielsen? Jadi gimana donk, apa harus asal-asalan aja bikinnya? gimana mau semangat kalo nilainya jelek terus. Kalo putus asa itu diperbolehkan, ya udahlah putus asa aja, udah capek. Nah, fortunately, putus asa itu haram, jadinya harus terus semangat berusaha!!!. Memecahkan misteri AC Nielsen, menanamkan keyakinan (yang pastinya butuh extra usaha juga) bahwa NOTHING IS IMPOSSIBLE!!!!. Kalau udah bismillah, berusaha mati-matian, tinggal serahkan aja sama yang juga menciptakan AC Nielsen. Pastinya penciptanya sama dong? seperti yang menciptakan seluruh tatanan alam raya ini, everything kan is in His hand, Kun fayakun…

-fidi_duke is berusaha terus agar semangatnya meluap membanjiri gedung Trans TV-


Kabupaten Tana Toraja, negeri indah di utara Sulawesi Selatan yang dibalut oleh berbagai kisah, kekayaan adat dan tradisi. Letaknya di ketinggian, membuatnya seolah dikelilingi  hamparan pesona alam yang abadi.

Hari ini, tiga wanita ingin melihat keramaian Mangrara Banua Tongkonan, upacara peresmian rumah adat tongkonan Kombong, yang sedang berlangsung di desa Bori’.

Tongkonan, rumah panggung dari kayu dianggap sebagai perangkat adat penting bagi masyarakat Toraja. Atapnya yang berbentuk perahu, melambangkan nenek moyang Toraja yang konon berasal Yunan, Cina, berlayar dan berakulturasi dengan penduduk asli Sulawesi Selatan. Di bawah atap yang menjulang tinggi, terlihat rangkaian tanduk kerbau. Jumlah tanduk melambangkan banyaknya upacara yang pernah dilangsungkan oleh keluarga pemilik tongkonan.    

Pada Mangrara Banua Tongkonan, setelah sambutan dari pemuka adat selesai, tiba-tiba terdengar tetabuhan gendang. Pada saat ini, wanita-wanita Toraja spontan menari. Rupanya Dinna, Dila, dan Silvi pun tak mau ketinggalan.

mangrara banua tongkonan

 Setelah keriaan mereda, raungan binatang mulai riuh terdengar. Acara yang ditunggu-tunggu pun tiba, pemotongan babi, sebagai pelengkap peresmian tongkonan. Hewan-hewan besar yang dimasukkan kedalam usungan bambu ini, akan segera dibawa ketengah upacara.

Barisan penari yang kedua rupanya lebih ramai. Manik-manik yang dihias di baju adat, membuat suasana pun tambah semarak. Nah, sekali lagi, ketiga sahabat pun turut serta, berbaur dengan keramaian.

 Yang unik dari tarian pagelu, masyarakat sekitar memberikan saweran dengan menyelipkan sejumlah uang di rambut penari. Uang hasil saweran kemudian akan dikumpulkan untuk digunakan bagi keperluan adat lainnya.

 Puluhan babi kemudian dipotong, irama rancak yang terdengar dari tetabuhan gendang, mengiringi prosesi pemotongannya. Tak berapa lama kemudian, raungan yang tadi nyaring terdengar semakin menghilang tenggelam dalam keramaian.

 

 

 

Selain kerbau, babi merupakan hewan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Toraja. Hewan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ritual ini, juga berguna sebagai alat ukur bagi status sosial seseorang.

 

Berbeda dengan kepercayaan sebagian besar masyarakat Toraja, pemandangan ini asing bagi 3 wanita. Karena didalam Islam, pengkonsumsian dan pemanfaatan babi dalam bentuk apapun haram hukumnya.

 

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Al Baqarah: 173)

by fista dina

Bau hangus pun tercium, puluhan hewan yang sudah dipotong tersebut dibakar diarena upacara.

 

Kemudian acara makan bersama pun dimulai, keriaan tergambar jelas dari masyarakat Toraja, menikmati hidangan bersama handai taulan, tanpa jarak dan status sosial.

 

perjalanan tiga wanita terakhir di kantor

tangisan sedih, haru dan gembira tak terhindarkan

tangisan sedih, haru dan gembira tak terhindarkan

hari itu adalah hari syuting terakhir bagi salmah, rimma dan vidya (host pertama perjalanan 3 wanita). episode ini akan ditayangkan pada saat hari idul fitri tahun 2008 kemaren. hari itu mereka berdandan bukan layaknya seorang adventurer sejati melainkan seorang wanita feminim yang cantik. pagi mereka di lantai 7 transtv di ruangan preview dengan skenario mereka selesai melakukan sholat iedul fitri. tak ada gurat kesedihan disini melainkan kegembiraan layaknya umat islam merayakan hari yang agung itu. scene selanjutnya adalah ketemu dengan 9 besar finalis calon pengganti mereka. take di depan rimma-salmah-vidya mulai tak terkontrol hingga harus beberapa kali take di depan kamera.
rekon saat casting dilakukan didalam ruangan preview lantai 3a transtv. ceria masih menjadi pilihan utama kala itu,tertawa dan canda kencang tanpa batas membahana. saling cela mengingat kekonyolan-kekonyolan selama syuting terbuka semua. vidya yang sering kami (tegil dan angga) bohongi manjadi bulan-bulanan, karena memang dia yang paling mudah kami kerjain. misal jaket wardrobe yang ilang di mojokerto atau F secure sebagai penangkal handphone biar ga kena virus atau yang lainnya. sedangkan rima yang menangkap ayam di pinggir jalanan raya menuju kediri. semua tertawa dan merasa kenangan tersebut menjadi indah.
hingga akhirnya kesan dan pesan masing-masing host tersebut bercerita tentang kebersamaan mereka, tak terasa setetes demi setetes air mata mengalir dari balik indahnya mata mereka. susana ceria berubah 180 derajat menjadi sendu seolah mereka akan saling berpisah tanpa akan bertemu kembali.
tapi apapun itu rima-salmah dan vidya adalah satu….keep movi”n chase your own destiny…  

9 maret 2009

tim pertama menginjakkan kaki di pulau ternate pukul 07.00 wit (waktu indonesia timur). pesawat batavia air yang berangkat dari cengkareng jakarta 01.30 wib (dinihari) membelah awan selama kurang lebih 3,5 jam. perbedaan waktu 2 jam membuat kami (ade dan tegil) harus segera memutar jarum jam mengikuti waktu setempat. selama 4 hari kedepan sampai tanggal 12 maret kami berdua akan menjelajah provinsi baru hasil pemekaran maluku utara hingga syuting yang dilakukan tanggal 13 sampai 20 maret 2009.

dibandara kami dijemput oleh pak guntur rental mobil yang biasa disewa transtv dan station televisi yang lain. kesan pertama yang timbul adalah orangnya sangar, kasar dan garang. pepatah don’t judge the book by it’s cover terbukti disini…seakan berlawanan 360 derajat begitulah pak guntur….dan seketika penilaianku terhadap orang maluku tertanam di benak karena seseorang bernama guntur.

perjalanan pertama kami menuju tempat makan, walaupun sarapan kami tadi mewah dan jarang kami lakukan karena di ketinggian 33 ribu kaki diatas permukaan bumi tapi ternyata perut masih meronta. yang pasti kai tak ingin bubur ayam ataupun lontong sayur yang biasa ada di depan kantor. tapi kami ingin beda karena kami ditempat yang berbeda pula. apalagi kalo bukan fapeda. makanan khas indonesia timur inilah sarapan kedua kami. warungnya banyak di pasar yang merupakan hasil reklamasi pantai.

tiba diwarung fapeda, ternyata makanan belum siap mungkin terlalu pagi ya..sambil menunggu kita ngopi sambil ngobrol ngalor-ngidul sama pak guntur dan yang punya warung. sambil aku perhatikan gerak-gerik pelayan warung, satu persatu mangkuk-mangkuk beraneka lauk yang beraneka warna ditata rapi di meja yang panjang. dan yang ditunggu-tunggu datang juga..fapeda..

kali ini fapeda yang disajikan adalah fapeda dari singkong, bukan pohon sagu yang biasa disajikan di negeri burung cendrawasih papua. bentuknya seperti lem uniknya kita mengambil fapeda tersebut dengan menggunakan sumpit dengan cara menggulung-gulungnya. akhirnya makan pagipun sudah di depan mata. lauk yang menggoda adalah sasimi atau makanan ala jepang dengan daging ikan mentah di jeruk-in. rasanya enak tapi bagi yang ga suka daging ikan segar tanpa dimasak mendingan jauh-jauh deh dari makanan ini. lauknya masih banyak yang dicobain, ada ketela,sayur-sayuran sebagai kuah fapeda,bunga daun pepaya dll. untuk biaya satu orang dikenakan 25 ribu untuk semua yang dimakan, jadi udah all in…

setelah sarapan kita mulai penjelajahan mengelilingi pulau kecil ternate yang jalananan tak lebih dari 42 kilometer. ada masjid al munawar, benteng oranye, benteng tuloko,batu hangus, pantai sulamadaha,danau tolire besar dan kecil,benteng kalimata, pulau maitara.

matahari malu menampakkan diri karena hujan yang mengguyur kota ternate. kitapun mencari penginapan di pusat kota yaitu azzalia dengan range 300 rb. sekedar membersihkan badan dan memejamkan mata sekejap.

malamnya kita mencari makan di sweering dikala siang dia adalah lapangan terbuka namun di malam hari berubah menjadi pasar malam menyediakan beragam makanan dari berbagai daerah. letaknya berada persis di depan kantor gubernur maluku utara.

pilihanku adalah warung jawa timur. karena lapar berat saya memilih gule yang cepat penyajiannya, ade memilih sate ayam sedang pak guntur memilih sate kambing. nah dari sate kambing inilah cerita seorang guntur jadi cemoohan kami berdua…di survey hari kedua bakal dibahas…he..he..

by: Arief

pagi 10 maret 2009, kami bangun pagi waktu alarm berbunyi tepat jam 5 pagi WIT, sayapun bangun dan segera menuju ke kamar mandi untuk mandi dan ambil air wudhu. hotel azzalia yang berada tepat ditengah kota menyediakan sarapan pagi kami. hingga jam 6 pagi kami sudah siap di lobi hotel menunggu pak guntur dan pak teja driver kami. hari ini rencana kami survey terpisah. saya menyebrang ke pulau tidore sedangkan ade menuju tobelo lanjut ke morotai yang berarti harus menyeberang 2 kali. tenyata pak guntur yang kami tunggu tidak datang menjemput kami. gara-gara sate kambing tadi malam  adalah penyebabnya. dikisahkan selama berjam-jam dirumahnya pak guntur bolak-balik ke kamar mandi karena diary. kamipun membahasnya dengan serta merta bahkan energi sarapan pagi terkuras untuk mentertawakannya…dasar pak guntur..wakakaa…akhirnya datanglah mobil avansa lain yang dikemudikan pak memed, manusia banyak bulu tapi kepalanya botak..wakakaa..ini sebutan kami yang melekat kemudian padanya. akhirnya setengah 7 kami sampai di pelabuhan feri bastiong. kapal feri ini tiap pagi mempunyai rute ternate (07.00) – tidore (07.30) -ternate (09.00) -sidangoli (11.00) -ternate (12.00) – tidore (14.00) -ternate (15.00) -tidore (16.00) – ternate (17.00)

tiba saatnya saya harus berpisah dengan ade. tujuanku adalah ke pulau tidore yang terkenal dengan kerajaan dari sultan ternama sultan nuku yang merupakan pahlawan nasional. pukul 7 lewat kapal mulai berlayar. mobil kuda merah yang nangkring diatas kapal feri dikomandani pak teja. sosok pak teja sendiri adalah laki-laki tampan sebaya yang sudah mempunyai cucu?waduh gimana ceritanya pak…he..he..ya karena saking gantengnya waktu muda jadi idola para wanita di ternate, hingga menikah muda dan bercerai juga kalo ga salah udah 3 kali menikah…wadaw..dahsyat ya cerita hidupnya.

sesampainya di tidore kami lantas mencari tahu arah tempat-tempat yang akan kami survey yaitu benteng, istana,musium,masjid,gurubunga,akesahu,makam sultan nuku,kerajinan parang dll dan tak lupa mencari narasumber yang bisa bercerita ttg kejayaan kerajaan islam tidore bahkan kalo bisa bertemu dengan sultan tidore yang fotonya terpampang dipinggir jalan karena ikutan pemilu sebagai utusan daerah atau PPD di DPR pusat. namanya sultan djafar syah.

tujuan kami langsng ke suasio pusat pemerintahan tidore. yang pertama kali dapati adalah mesjid agung tidore, masjid ini terkunci dari luar hanya ada pekerja yang sedang memasang paving blok depan masjid. aku bertanya pada mereka ttg masjid tapi ga ada jawaban puas yang kudapat, karena mereka yang didatangkan dari jawa tepatnya semarang dan sekitarnya. akhirnya dialek jawaku yang kental dengan sedikit kromo alus mengalir deras dari mulutku sekaligus bercandaan karena jauh-jauh ke ternate ketemu orang sekota juga..piye pak?wis suwe nengkene?ndak penguruse biasane rene pak?ooo pak haji muhammad to pengurusnya?ooo bapknya pak camat to beliau?rumahnya dimana pak?ooo..ya wis matur nuwun mas..saya coba cari dulu…langsung kita menuju tempat yang ditunjukkan.

ternyata mencari rumah pak camat dulu adalah clue pertama yang harus dipecahkan. ternyata ga sulit..karena disebelahnya ada rumah gedong besar yang ga ditempati. dengan mudah kami menemukannya. sang empu rumah ternyata sudah berangkat ke kantor, tapi ga papa karena bukan informasi ttg pak camat yang kami butuhkan melainkan bapaknya yang tak lain adalah pak haji muhammaad. inilah clue selanjutnya yang harus segera dipecahkan. dan alhamdulillah ga susah juga menemukan rumah pak haji, yang pensiunanan jaksa ini, dengan modal info kalau rumahnya menghadap pantai. setelah perkenalan diri dan menyatakan maksud kami, dengan ramah pak  haji mengantar kami ke kediaman sultan yang berada tak jauh dari rumahnya. awalnya saya sempat minder (takut ga sopan) karena memakai celana pendek selutut, kaos dan sandal. tapi ternyata sang sultan memakai celana pendek putih kaos putih dan bertopi (habis berolahraga pagi).

pendek kata saya (karena pak teja tidur di mobil) diperkenalkan pak haji ke sultan dengan menggunakan bahasa lokal tidore…berkali-kali saya mlongo kayak kebo karena ga tau apa yang mereka bincangkan. tapi sudahlah..ga penting juga dibahas. setelah basa-basi akhirnya saya diberi waktu wawancara sultan abis sholat jumat tanggal 13 maret yang berarti tim besar datang langsung menyeberang ke tidore (harus utak-atik schedule syuting lagi nih..) akhirnya aku pamitan dan mengantar kembali pak haji muhammad ke kediamannya yang menghadap ke laou (laut).

tujuan kai selanjutnya adalah ke gurabunga yang lokasinya di pegunungan. disini terdapat adat yang unik yaitu tarian cakalele. selain itu pemandangannya indah dan banyak terdapat taman bunga jika naik sedikit lagi ke atas. mobil kuda buatan tahun 2002 pun melaju naik mengambah aspal jalanan. bertanya-tanya kepada penduduk sekitar adalah kebiasaan saya ditempat yang baru. hingga akhirnya bunyi ledakan dari kap mobil disertai kepulan asap menghentikan laju mobil….wadawwwwwwwwww..radiator meledak hebat. bagian atas radiator picah (pecah). dan sayapun tertegun karena haari masih pagi seharusnya banyak tempat yang bisa kami survey.

sesaat kamipun tertegun dipinggir jalan desa fuorora. minum air mineral yang kami bawa dari ternate dan memakan cemilan ringan sambil berpikir langkah selanjutnya. mana bengkel radiator ga ada di tidore apalagi sparepart..wadaw..(dan bener di kemudian hari radiator dipesan dari menado)…setelah berpikir lama akhirnya saya memutuskan lanjut survey dengan menggunakan angkutan kota dan ojek. dari desa fuorora ke pasar naik angkutan 9000 per kepala (jaraknya ga terlalu jauh tapi karena jalannya naik/turun banget jadinya mahal banget) lanjut ke pantai akesahu (air panas) memakai ojek per kepala 6000 rupiah. pantai yang unik dan tenang waktu itu. sumur yang berada tepat di bibir pantai terintimidasi pasang-surut air laut. pada saat air pasang air masuk ke sumur sehingga airnya jadi anget dan asin sedangkan pada saat surut kejadiaanya sebaliknya.

kamipun kembali ke pasar untuk makan siang dan kembali menjenguk mobil yang kami tinggalkan disana. angkot yang tadi kami naiki ternyata yang mendapat giliran selanjutnya naik ke atas. akhirnya kami tiba di tempat kami meninggalkan mobil. dengan modal nekat dan perhitungan dengan logika kami menjalankan mobil sedikit demi sedikit menuju pelabuhan tidore. kurang lebih 5 kali kami berhenti untuk memastikan mesin dalam keadaan panas normal dan air aki tidak kekeringan. hingga kamipun berhasil sampai dipelabuhan pukul 15.00 (untuk feri terlambat jadi kami bisa ikut ke ternate jadwal pukul 14.00) dan pak guntur empunya mobil menjemput kami di feri lengkap dengan mobil dan tali penarik mobil…kamipun tertawa-tawa kecut di kapal feri tersebut.

sampai di ternate mobil kuda dikandangkan, survey dilanjutkan ke pulau maitara (pulau yang gambarnya terpampang di uang seribuan) dengan mencarter speedboat 150 ribu kami (aku, pak guntur,istri, anaknya namanya nurul, pak teja) berangkat dari pelabuhan penumpang bastiong. tak lama sekitar 15 menit kita sudah ada di seberang. pulau kecil dengan pohon sukun yang menjadi vegetasinya. ternyata pesona maitara sebaiknya disakskan dari jauh saja eloknya….tapi bagi nurul yang masih duduk di kelas 4 SD , kesempatan ini dimanfaatkan dengan baik dengan berenang bebas di pantai putih dan mencari kerang-kerangan disana. sedang aku mencari orang yang berwenang untuk mengurus ijin syuting di lain hari. dan akhirnya hariku yang melelahkan ini berakhir di hotel amara yang nyaman dengan pemandangan laut dan halmahera…

kami pernah singgah di ujung indonesia di pulau sumatera dan menjelajah pulau beradat istiadatkan melayu,

kami juga pernah menjelajah pulau terpadat di indonesia, jawa dari timur hingga ke barat,

kami pernah bertandang ke pulau dewata dengan segala keindahan alam dan adatnya yang begitu kental

kami pernah menyebrang ke pulau seribu masjid di lombok dan melucuti keindahan gunung rinjani

kami juga pernah melompati laut jawa ke kalimantan timur

kami mencari keindahan lain di pulau sulawesi

dan kami pernah jua melewatkan waktu di provinsi baru hasil pemekaran maluku utara

dan kami akan selalu berjalan melangkah tiap jengkal tanah di negeri kami INDONESIA… Insya Allah