9 maret 2009

tim pertama menginjakkan kaki di pulau ternate pukul 07.00 wit (waktu indonesia timur). pesawat batavia air yang berangkat dari cengkareng jakarta 01.30 wib (dinihari) membelah awan selama kurang lebih 3,5 jam. perbedaan waktu 2 jam membuat kami (ade dan tegil) harus segera memutar jarum jam mengikuti waktu setempat. selama 4 hari kedepan sampai tanggal 12 maret kami berdua akan menjelajah provinsi baru hasil pemekaran maluku utara hingga syuting yang dilakukan tanggal 13 sampai 20 maret 2009.

dibandara kami dijemput oleh pak guntur rental mobil yang biasa disewa transtv dan station televisi yang lain. kesan pertama yang timbul adalah orangnya sangar, kasar dan garang. pepatah don’t judge the book by it’s cover terbukti disini…seakan berlawanan 360 derajat begitulah pak guntur….dan seketika penilaianku terhadap orang maluku tertanam di benak karena seseorang bernama guntur.

perjalanan pertama kami menuju tempat makan, walaupun sarapan kami tadi mewah dan jarang kami lakukan karena di ketinggian 33 ribu kaki diatas permukaan bumi tapi ternyata perut masih meronta. yang pasti kai tak ingin bubur ayam ataupun lontong sayur yang biasa ada di depan kantor. tapi kami ingin beda karena kami ditempat yang berbeda pula. apalagi kalo bukan fapeda. makanan khas indonesia timur inilah sarapan kedua kami. warungnya banyak di pasar yang merupakan hasil reklamasi pantai.

tiba diwarung fapeda, ternyata makanan belum siap mungkin terlalu pagi ya..sambil menunggu kita ngopi sambil ngobrol ngalor-ngidul sama pak guntur dan yang punya warung. sambil aku perhatikan gerak-gerik pelayan warung, satu persatu mangkuk-mangkuk beraneka lauk yang beraneka warna ditata rapi di meja yang panjang. dan yang ditunggu-tunggu datang juga..fapeda..

kali ini fapeda yang disajikan adalah fapeda dari singkong, bukan pohon sagu yang biasa disajikan di negeri burung cendrawasih papua. bentuknya seperti lem uniknya kita mengambil fapeda tersebut dengan menggunakan sumpit dengan cara menggulung-gulungnya. akhirnya makan pagipun sudah di depan mata. lauk yang menggoda adalah sasimi atau makanan ala jepang dengan daging ikan mentah di jeruk-in. rasanya enak tapi bagi yang ga suka daging ikan segar tanpa dimasak mendingan jauh-jauh deh dari makanan ini. lauknya masih banyak yang dicobain, ada ketela,sayur-sayuran sebagai kuah fapeda,bunga daun pepaya dll. untuk biaya satu orang dikenakan 25 ribu untuk semua yang dimakan, jadi udah all in…

setelah sarapan kita mulai penjelajahan mengelilingi pulau kecil ternate yang jalananan tak lebih dari 42 kilometer. ada masjid al munawar, benteng oranye, benteng tuloko,batu hangus, pantai sulamadaha,danau tolire besar dan kecil,benteng kalimata, pulau maitara.

matahari malu menampakkan diri karena hujan yang mengguyur kota ternate. kitapun mencari penginapan di pusat kota yaitu azzalia dengan range 300 rb. sekedar membersihkan badan dan memejamkan mata sekejap.

malamnya kita mencari makan di sweering dikala siang dia adalah lapangan terbuka namun di malam hari berubah menjadi pasar malam menyediakan beragam makanan dari berbagai daerah. letaknya berada persis di depan kantor gubernur maluku utara.

pilihanku adalah warung jawa timur. karena lapar berat saya memilih gule yang cepat penyajiannya, ade memilih sate ayam sedang pak guntur memilih sate kambing. nah dari sate kambing inilah cerita seorang guntur jadi cemoohan kami berdua…di survey hari kedua bakal dibahas…he..he..

by: Arief